SEJARAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1.
Sejarah Psikologi Perkembangan
Sebenarnya pengetahuan tentang anak sudah lama dikenal,
pada zaman Romawi dan Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan
anak, walaupun pada zaman itu anak belum dipandang sebagai bentuk manusia yang
tersendiri. Pada masa itu sejak kecil anak-anak sudah diikut sertakan bekerja
bersama orang-orang dewasa lainnya.
Selama berabad-abad lamanya psikologi hanya merupakan
hasil introspeksi dan bagian dari filsafat. Pada abad ke-4 sebelum masehi
sekitar tahun 387 SM, Plato mendirikan sekolah filsafat yang bernama Akademi.
Plato berpendapat jiwa manusia terbagi atas jiwa badaniah dan jiwa rohaniah.
Jika jiwa badaniah akan gugur bersama-sama dengan raga manusianya, jiwa
rohaniah tidak pernah berakhir (abadi). Jiwa rohaniah bertumpu pada rasio dan
logika dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi. Oleh karena itu, tidak akan
pernah mati.
Aristoteles (384-322) berpendapat bahwa semua makhlik
hidup mempunyai jiwa termasuk manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Setiap
benda jasmani mempunyai bentuk dan materi seperti halnya realita yang kita
lihat. Bentuk ialah prinsip yang menentukan, sedang materi mempunyai
kemungkinan untuk menerima bentuk.
Pada zaman J.A. Comenius (1592-1671) para pendidik sudah
mulai memperhatikan sifat-sifat khas yang dimiliki setiap anak. Mengatakan
bahwa anak tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa yang bertubuh kecil. Dalam
bukunya Didactica Magna, ia menganjurkan agar pengajaran dapat menarik
perhatian anak. Oleh karena itu pelajaran harus diragakan supaya anak-anak
dapat mengamati, menyelidiki dan mengalaminya sendiri. Dalam proses belajar
mengajar aktivitas anak benar-benar diperhatikan.
Pada abad ke-18 Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
menguraikan pikiran-pikirannya tentang pendidikan anak yang mengatakan
“segala-galanya adalah baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta,
segala-galanya memburuk dalam tangan manusia”. Bermakna apa yang diperoleh anak
menurut alamnya selalu dipandang yang terbaik baginya, tetapi keasliannya akan
menjadi rusak bila ditangan manusia. Oleh karena itu para pendidik perlu
membekali dirinya dengan pengetahuan tentang kejiwaan anak didiknya. Pendidik
yang mampu memahami jiwa anak didiknya, dapat menunjnag upaya pendidikan dalam
usahanya mencapai tujuan yang lebih baik lagi.
.
2.
Metode Psikologi Perkembangan
Teknik dan
cara penyelidikan yang dipakai dalam psikologi perkembangan, pada prinsipnya
sama dengan cara penelitian yang digunakan dalam ilmu pengetahuan lainnya,
sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam
ilmu ini antara lain:
a.
Metode Eksperimen dan Tes
Dengan
percobaan-percobaan kepada seorang anak untuk selanjutnya disimpulkan hasilnya.
Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil untuk dicocokkan
dengan hasil pertama (di tes), melalui standar atau ukuran-ukuran tertentu.
Metode ini pernah dilakukan oleh A. Binet, A, Simon, dan lain-lain.
b.
Metode Klinis
Cara ini diterapkan
dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk selanjutnya
dapat diberikan pengobatan. Biasanya dilakukan melalui percakapan, pemberian
tugas, permainan. Umumnya metode ini digunakan di Rumah Sakit bagi pasiennya yang
dilakukan oleh para psikiater. Metode ini pernah dilakukan oleh Jean Piaget.
c.
Metode Observasi
Dengan mengadakan
pengaman secara cermat dan sistematis serta membutuhkan adanay keluwesan
tertentu (tidak kaku). Agar semua aktivitas anak yang diselidiki selalu wajar.
Kegiatan ini harus diiringi dengan pencatatan hasil secara teliti dari gejala
yang ada. Metode ini pernah dilakukan oleh : Wilhem Preyer, William Stern
bersama istrinya.
d.
Cross Section Methode
Dengan meneliti
seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk
selanjutnya hasilnya dibandingkan (disilang) dengan anak setaraf lainnya, dan
kemudian disimpulkan sebagai wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah
dulakukan oleh Arnold Gesell.
e.
Longitudinal Methode
Operasionalisasi
dari metode ini adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak
tertentu dimulai dari dalam kandungan, sampai lahir hingga dewasatanpa diadakan
cross (silang). Di dalam penelitian
ini akan kemungkinan gangguan kontinuitas penelitian, antara lain, pindah
tempat, meninggal dunia. Metode ini pernah dilakukan oleh Williard C. Olson.
f.
Metode Interview
Metode ini sangat lazim dan praktis digunakan oleh para
orang tua. Pendidik untuk menyelidiki kondisi anak didiknya dengan cara
mengadakan tanya jawab atau wawancara. Walaupun tampaknya sederhana metode
inipun membutuhkan adanya keterampilan tersendiri dan menghindari kesan yang
dibuat-buat (semu), sehingga menyulitkan diperolehnya data yang dikehendaki
yajni data yang asli.
g.
Metode Questionaire
Penggunaannya cukup
dengan menyodorkandaftar pertanyaan yang sudah disistematisasi sedemikian rupa
dan diselaraskan dengan tujuan penelitian, untuk dapat dijawab secara tepat dan
benar. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah bahasa untuk dapat
dimengerti oleh anak. Setelah jawaban diperoleh pekerjaan berikutnya adalah
menarik kesimpulan.
h.
Metode Colection
Dengan mengumpulkan
segala sesuatu yang merupakan karya atau kegemaran anak-anak, antara lain:
catatan harian, karangan, lukisan, foto, dll. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat
untuk dipelajari dan selanjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan. Kegiatan
ini pernah dilakukan oleh J. Sully.
Agar
memperoleh hasil yang baik, maka seyogianya
penelitian dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Mampu mendeskripsikan atau mengasosiasikan keadaan gejala jiwa yang timbul
pada diri anak.
b.
Menganalisa atau menelaah gejala jiwa tersebut, dengan mendasarkan pada
teori-teori psikologi secara cermat.
c.
Menarik kesimpulan, untuk dapat menentukan alternatif kebijaksanaan
penyelesaian yang harus segera diambil.
Presentasi Power Point